widgeo.net

Kamis, 22 Agustus 2013

SMAN Plus Riau: Sekolah Gratis Plus Prestasi

     EDISI KHUSUS: Sekolah Para Juara
    Sekolah yang didirikan Pemerintah Provinsi Riau ini berhasil menempa muridnya meraih medali di olimpiade sains nasional dan internasional. Menjadi indikator kemajuan pendidikan daerah. Mendorong para murid belajar secara mandiri.
    Pekanbaru, GATRAnews - Beberapa siswa Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) Plus Provinsi Riau sibuk dengan laptop-nya. Mereka melakukan browsing di berbagai situs internet untuk mencari informasi perihal mata pelajaran kimia. "Saya riset untuk tugas kimia," ujar Deni, seorang siswa kelas XI.

    Aktivitas belajar tanpa guru seperti yang dilakukan Deni dan teman-temannya merupakan hal lumrah di sekolah ini. Para murid dibiarkan belajar secara mandiri dan aktif dalam memecahkan masalah. "Itu untuk menumbuhkan rasa keingintahuan mereka, sedangkan guru berposisi sebagai fasilitator," kata Kepala SMAN Plus Provinsi Riau, Basri.

    SMAN Plus, begitulah nama umum untuk menyebut sekolah yang baru berdiri pada 1998 ini. Awalnya, sekolah ini didirikan karena rasa prihatin atas minimnya putra daerah yang mengisi posisi penting di berbagai perusahaan besar di Riau, seperti PT Chevron Pacific Indonesia, PT Surya Dumai, ataupun PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP). "Saat itu, kebanyakan diisi orang-orang luar Riau. Padahal, pabrik tersebut berlokasi di Riau," ujar Basri.

    Maka, tokoh-tokoh pendidikan Riau, seperti Djauzak Ahmad (mantan Direktur Pendidikan Dasar Departemen Pendidikan Nasional), Syarwan Hamid (mantan Menteri Dalam Negeri), beserta pemerintah provinsi sepakat mendirikan sekolah yang mampu menciptakan tenaga ahli di bidang tekhnik bagi putra daerah. Dengan begitu, kata Basri, mereka memiliki kemampuan mengelola hasil bumi Riau.

    SMAN Plus Provinsi Riau menempati kampus Akademi Koperasi Riau di Pasir Putih, Pekanbaru. Siswanya pun baru berjumlah 70 orang, sedangkan staf pengajar 13 orang. SMAN Plus merupakan sekolah lanjutan milik Pemerintah Provinsi Riau. Berselang setahun kemudian, sekolah ini berubah nama menjadi SMUN 1 Tambang Kabupaten Kampar berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nomor 217/0/2000, tanggal 17 November 2000.

    Namun, berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Riau Nomor KPTS. 511/XI/2001, 17 November 2001, sekolah ini diganti nama lagi menjadi SMA Negeri Plus Provinsi Riau. Pada 25 November 2000, SMA Negeri Plus diresmikan Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri. Sekolahnya pun pindah ke Jalan Lingkar Kubang Raya, Pekanbaru.

    SMAN Plus memang memfokuskan pendidikan di bidang ilmu pengetahuan alam (IPA). Selama 15 tahun berdiri, menurut Basri, semua nilai siswanya memang layak untuk masuk IPA. Hal ini tidaklah mengherankan. Untuk masuk sekolah ini, dilakukan seleksi secara ketat melalui tiga tahap. Nilai minimum untuk pelajaran IPA, matematika, bahasa Inggris, dan bahasa Indonesia selama enam semester SMP harus 7,5. "Kurang dari itu pasti tidak lulus," ujar Basri.

    Seleksi tahap kedua adalah ujian akademik yang dilakukan pihak sekolah untuk empat mata pelajaran tadi bagi calon siswa. Setelah itu, baru tes kesehatan, psikotes, tes fisik, dan wawancara menggunakan bahasa Inggris. Tiap tahun, SMAN Plus memang hanya menerima 100 siswa.

    Hal ini tak lepas dari terbatasnya dana yang didapatkan SMAN Plus dari pemerintah daerah (pemda). Sebab pihak sekolah tidak memungut biaya pendidikan dari siswa. Karena itu, Basri berharap anggaran untuk tahun mendatang bisa ditingkatkan, sehingga 500 siswa bisa bersekolah gratis di SMAN Plus.

    Sejauh ini, 90% siswa SMAN Plus berasal dari Provinsi Riau, sedangkan 10%-nya berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Meskipun terhitung baru, sekolah yang beralamat di Jalan Lingkar Kubang Raya, Pekanbaru, ini sudah meraih banyak prestasi, baik nasional maupun internasional.

    Muhammad Iqbal Bakti Utama, contohnya, merupakan peraih medali perunggu dalam Olimpiade Sains Internasional bidang astronomi di Mumbai, India, pada 2006 dan Fendrico Pratama, peraih perunggu dalam Olimpiade Sains Internasional bidang biologi di Beijing pada 2005.

    Sedangkan murid yang berhasil meraih olimpiade sains tingkat nasional terbilang banyak. Keberhasilan meraih sederet prestasi ini bukan perkara mudah. Butuh pengorbanan dari semua pihak, termasuk guru dan semua siswa. SMA yang berbasis boarding school alias sekolah asrama ini memang memberikan aksesibiltas lebih bagi siswanya untuk meminta bantuan guru kapan pun.

    "Pada prinsipnya, mereka harus menginap di sini, termasuk guru-gurunya. Makanya, interaksi guru dan murid tidak sebatas di jam sekolah," kata Basri, yang juga tinggal di sekolah tersebut. Sekolah yang memiliki luas 10 hektare ini memiliki tiga asrama siswa, asrama guru, dan rumah untuk kepala sekolah.

    Tiap siswa juga diwajibkan berbagi pengetahuan dengan siswa lain. Murid senior wajib mengajarkan kepada adik kelasnya. Ini dilakukan karena belajar yang paling baik itu adalah saat mereka mengajarkan kepada orang lain. Selain itu, untuk meningkatkan mutu pendidikan, SMAN Plus rajin pula mengadakan studi banding ke berbagai sekolah dalam negeri maupun luar negeri.

    Studi banding di dalam negeri setidaknya dilakukan tiga kali dalam setahun. Sedangkan untuk luar negeri, SMAN Plus rajin menjalin pertukaran pelajar dengan Senior High School Seri Bintang Utara, Malaysia. Untuk menciptakan iklim bersaing yang kompetitif, menurut Basri, SMAN Plus tidak memberikan perlakuan khusus kepada siswanya. Baik yang berprestasi dengan berpartisipasi di ajang olimpiade sains maupun tidak, SMAN Plus tetap mencampur tiap siswanya di kelas.

    Meski segudang prestasi sudah diraih, Basri tetap memiliki cita-cita lain yang belum kesampaian, yakni mengirim secara rutin siswanya setiap tahun ke ajang olimpiade internasional. Selain itu, ia juga berencana memperbaiki segala fasilitas penunjang, seperti laboratorium atau perpustakaan. "Tahun depan, kami sudah punya e-library untuk mengakomodasi hasrat membaca siswa-siswi kami," kata Basri.

    [Aries Kelana, dan Andya Dhyaksa (Pekanbaru)]
    Edisi Khusus Pendidikan Majalah GATRA, 
    No 24 Tahun ke XIX, Beredar Kamis, 2 Mei
    -----------------------------------------------
    Dapatkan versi digital di toko:
    GATRA Apps, Wayang Force, Scanie, Scoope, Indobook

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar