widgeo.net

Rabu, 28 Agustus 2013

JEJAK TRADISI MASYARAKAT BERKETURUNAN KEMBAR BUAYA EMAS


A.     PENDAHULUAN

Berbicara masalah budaya bukanlah hal yang asing lagi di telinga kita. Budaya merupakan unsur yang sangat esensial dalam membentuk sebuah peradaban manusia. Budaya membentuk watak dan corak khas yang mewarnai segi-segi kehidupan masyarakat. Produk dari budaya ini adalah sebuah tradisi. Tapi yang perlu ditekankan bahwa tidak semua budaya dan tradisi adalah berasal dari pemikiran manusia belaka. Diantaranya memang dibentuk oleh masa, keadaan, dan kodrat dari tuhan yang maha esa.

Hal ini lah yang melatar belakangi sebuah tradisi turun temurun, dari generasi ke generasi  seperti  yang terjadi  pada sebuah keluarga yang terletak di daerah Singkep, kepulauan Riau.  Uniknya dari tradisi ini peristiwa tersebut hanya melibatkan segelintir orang saja yang memiliki hubungan historis.

A.1. RUMUSAN MASALAH

1.      Apa yang melatarbelakangi tradisi tersebut hingga diyakini dan dilaksanakan sampai saat ini ?

2.      Bagaimana tatacara penyelenggaraan tradisi tersebut berlangsung  ?

A.2. TUJUAN PENULISAN
     Tujuan penulisan untuk mengetahui latar belakang tradisi tersebut dan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan tradisi tersebut sebagaimana yang tertulis dalam rumusan masalah.          

A.3.  METODOLOGI PENULISAN

     a. Sifat Penulisan

                 Adapun sifat penulisan ini adalah Deskriptif Analitis, yaitu sifat penulisan yang memberikan gambaran tentang tradisi tersebut guna menemukan hal-hal yang melatarbelakangi adanya tradisi tersebut.

b. Lokasi kejadian

                        Adapun yang menjadi lokasi atau tempat penelitian adalah Kampung Boyan, Dabo’ Singkep tempat tradisi itu bermula.

c. Sumber Data

Adapun sumber data yang digunakan adalah sumber data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari penelitian lapangan dengan cara melakukan pengamatan dan wawancara  kepada pihak-pihak terkait.

d.  Pendekatan

                                           Pendekatan yang digunakan dalam penulisan ini adalah pendekatan Historis Sosiologis. Pendekatan ini dimaksud untuk memberikan dasar atau gambaran sehingga dengan pendekatan tersebut diharapkan dapat mengetahui bagaimana sebuah tradisi bisa diyakini dan dilaksanakan sampai saat ini.

B.     ISI ATAU POKOK PEMBAHASAN          

            Berdasarkan hasil penelitian terhadap tradisi yang penulis lakukan, maka sesungguhnya tradisi tersebut berawal dari kisah sebuah keluarga yang hidup sederhana di sebuah kampung tepatnya di desa dabo singkep kepulauan riau. Pada saat keluarga ini menanti kebahagian akan lahirnya benih cinta mereka, akan tetapi suasana yang seharusnya penuh suka cita itu tiba-tiba berubah menjadi suasana yang sangat mengagetkan, yaitu pada saat sang istri melahirkan bayinya ternyata  bayi yang keluar itu adalah seekor buaya kecil berwarna kuning emas yang kemudian baru disusul lahirnya bayi perempuan.

Ditengah kegundahan itu tiba-tiba bayi yang berupa buaya itu berbicara kepada kedua orang tuanya dengan perkataan” ayah dan ibu jangan takut dan bersedih sesungguhnya aku juga anak kalian dan ini merupakan kehendak yang maha kuasa. oleh Karena bentuk ku yang berbeda dari manusia umumnya maka tolong hantarkan aku ke laut karena disanalah alamku. Akan tetapi sebelum aku dihantarkan ke laut ingatlah pesanku, bahwa apabila terjadi sesuatu pada adikku ataupun keluarga kita, baik itu senang ataupun susah, seperti akan menikah ataupun ada keluarga kita yang sakit atau dalam masalah yang berbahaya tolong panggil dan beri tahu diriku, aku akan berusaha membantu. Sebaliknya aku akan sangat marah jika tidak diberi tahu.”

Diberitahukan juga bahwa adapun cara memanggil dan memberitahunya adalah dengan cara menyiapkan semacam sajian yang diletakkan di tepi pantai sambil meyebut dirinya. Mengenai sajian yang dintar ke pantai  itu diantaranya adalah beras kuning kunyit, padi yang digoreng tanpa minyak yang dibut dengan beras bereteh, telor ayam kampung yang baru ditelurkan pada hari itu juga, rokok yang terbuat dari daun pandan kemudian diterangi dengan api lilin yang terbuat dari lemak madu atau sarang lebah yang direbus, dan ditambah dengan membakar stanggi sebagai wewengian. sajian tersebut harus diantar ke pantai oleh anak atau keluarga yaitu yang tua atau dituakan kemudian waktu mengantarkannya pada saat menjelang azan magrib, jangan lupa pula yang pergi mengantar sajian itu harus memakai kain kuning kunyit yang di ikat di pangkal tangan kanan sebagai simbol bahwa itu adalah anak keturunannya.

Mulai saat itulah apabila ada diantara sanak keluarga yang mau menikah dengan melakukan pesta, khitanan atau ada keluarga yang sakit berlarut-larut tak kunjung sembuh, maka dilakukan pemberitahuan dengan cara mengantarkan sajian ke pantai sebagaimana yang telah diberitahukan oleh anak manusia yang berbentuk buaya tersebut yang sampai saat ini di yakini.

Dikatakan hal tersebut diyakini, itu dikarenakan telah terbukti apabila hal tersebut tidak dilakukan dengan benar. Maka akan terjadi sesuatu yang tidak baik atau semacam bencana. Hal ini pernah terjadi pada salah satu keluarga yang berusaha untuk tidak meyakini dan tidak melakukan apa yang telah menjadi kebiasaan tersebut, akan tetapi yang terjadi malahan suatu peristiwa yang tak diduga, yaitu pada saat hari pelaksanaan perkawinan dilaksanakan, tiba-tiba sehari sebelum pelaksanaan, dimana persiapan-persiapan sedang dilakukan termasuk pemasangan tenda sebagai tempat bagi para undangan untuk menyantap hidangan, tiba-tiba tenda tersebut roboh tanpa adanya angin ribut ataupun hujan.

Bukti lain tang terjadi adalah ketika salah satu anggota keturunan ini melakukan pesta perkawinan, maka tiba-tiba mempelai laki-laki berubah suaranya dan masuk kekamar dan merebah seperti layaknya seekor buaya sambil berkata bahwa dalam acara tersebut ada manusia yang berniat tidak baik, dan diperintahkan untuk berhati-hati, akan tetapi karena ada diantara keluarga itu yang mengerti, maka keadaan bisa ditenangkan dan keadaanpun kembal normal.

Adapun sebab dikatakan sebagai suatu tradisi, dikarenakan perbuatan tersebut dilakukan terus menerus hingga saat ini, ditambah lagi adanya suatu pertanda atau semacam kejadian yang tidak di inginkan ketika apabila anjuran atau syarat-syarat tersebut tidak dipenuhi.  Dengan alas an tersebut, maka kebiasaan itu terus diyakini dan dilakukan sehingga menjadi seperti sebuah tradisi yang berlaku pada setiap anak keturunan mereka.

Apabila kita tinjau dari sudut agama, maka memang keberadaan makhluk ghaib dan alam ghaib dijelaskan dalam ajaran agama bahkan diatur dalam rukun iman yang menjelaskan adanya kepercayaan kepada yang ghaib, akan tetapi yang perlu kita garis bawahi adalah selama hal tersebut tidak bertentangan dengan aqidah ketauhidan maka baik dari sudut pandang sosial kemasyarakatan maupun agama, maka dianggap sah bahkan perlu dilestarikan sebagai bagian dari adat budaya terutama adat melayu.

C.     PENUTUP

1.      Kesimpulan

Berdasarkan dari penelitian yang penulis lakukan terhadap sebuah tradisi mayarakat yang memiliki keturunan kembar buaya tersebut, maka dapatlah penulis simpulkan sebagai berikut:

bahwa, menurut pihak-pihak yang penulis wawancarai bahwa keadaan tersebut sangat diyakini  benar adanya bahkan pihak keturunan tersebut masih terus melaksanakan tradisi itu meskipun tata cara pelaksanaanya sedikit demi sedikit dirasa berkurang kekentalan tradisinya jika dibandingkan dengan cara pelaksanaanya diwaktu dulu. Hal itu dikarenakan adanya pengaruh dari perkembangan social budaya yang kini semakin maju, meskipun tradisi tesebut belum bisa ditinggalkan.

2.      Saran

Dengan melakukan analisis yang mendalam terhadap adanya sebuah tradisi kembar buaya tersebut, maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut:

Ø  Kepada pihak-pihak yang memiliki sebuah tradisi yang apapun bentuknya untuk terus menjaga kelestarian tradisi tersebut sebagai bentuk dari perkembangan budaya yang kita miliki.

Ø  Yang perlu digaris bawahi adalah sebagai seorang muslim tentunya apapun itu selama tidak bertentangan dengan aqidah atau ketauhidan maka kita patut untuk menghargai warisan nenek moyang kita sebagai khasanah budaya bangsa.

Created by: anakmelayukepulauanriau.blogspot.com
Karya tulis Budaya Muhammad Al Qarni 23 Maret 2012 SMAN PLUS PROV. RIAU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar