widgeo.net

Rabu, 28 Agustus 2013

JEJAK TRADISI MASYARAKAT BERKETURUNAN KEMBAR BUAYA EMAS


A.     PENDAHULUAN

Berbicara masalah budaya bukanlah hal yang asing lagi di telinga kita. Budaya merupakan unsur yang sangat esensial dalam membentuk sebuah peradaban manusia. Budaya membentuk watak dan corak khas yang mewarnai segi-segi kehidupan masyarakat. Produk dari budaya ini adalah sebuah tradisi. Tapi yang perlu ditekankan bahwa tidak semua budaya dan tradisi adalah berasal dari pemikiran manusia belaka. Diantaranya memang dibentuk oleh masa, keadaan, dan kodrat dari tuhan yang maha esa.

Hal ini lah yang melatar belakangi sebuah tradisi turun temurun, dari generasi ke generasi  seperti  yang terjadi  pada sebuah keluarga yang terletak di daerah Singkep, kepulauan Riau.  Uniknya dari tradisi ini peristiwa tersebut hanya melibatkan segelintir orang saja yang memiliki hubungan historis.

A.1. RUMUSAN MASALAH

1.      Apa yang melatarbelakangi tradisi tersebut hingga diyakini dan dilaksanakan sampai saat ini ?

2.      Bagaimana tatacara penyelenggaraan tradisi tersebut berlangsung  ?

A.2. TUJUAN PENULISAN
     Tujuan penulisan untuk mengetahui latar belakang tradisi tersebut dan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan tradisi tersebut sebagaimana yang tertulis dalam rumusan masalah.          

A.3.  METODOLOGI PENULISAN

     a. Sifat Penulisan

                 Adapun sifat penulisan ini adalah Deskriptif Analitis, yaitu sifat penulisan yang memberikan gambaran tentang tradisi tersebut guna menemukan hal-hal yang melatarbelakangi adanya tradisi tersebut.

b. Lokasi kejadian

                        Adapun yang menjadi lokasi atau tempat penelitian adalah Kampung Boyan, Dabo’ Singkep tempat tradisi itu bermula.

c. Sumber Data

Adapun sumber data yang digunakan adalah sumber data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari penelitian lapangan dengan cara melakukan pengamatan dan wawancara  kepada pihak-pihak terkait.

d.  Pendekatan

                                           Pendekatan yang digunakan dalam penulisan ini adalah pendekatan Historis Sosiologis. Pendekatan ini dimaksud untuk memberikan dasar atau gambaran sehingga dengan pendekatan tersebut diharapkan dapat mengetahui bagaimana sebuah tradisi bisa diyakini dan dilaksanakan sampai saat ini.

B.     ISI ATAU POKOK PEMBAHASAN          

            Berdasarkan hasil penelitian terhadap tradisi yang penulis lakukan, maka sesungguhnya tradisi tersebut berawal dari kisah sebuah keluarga yang hidup sederhana di sebuah kampung tepatnya di desa dabo singkep kepulauan riau. Pada saat keluarga ini menanti kebahagian akan lahirnya benih cinta mereka, akan tetapi suasana yang seharusnya penuh suka cita itu tiba-tiba berubah menjadi suasana yang sangat mengagetkan, yaitu pada saat sang istri melahirkan bayinya ternyata  bayi yang keluar itu adalah seekor buaya kecil berwarna kuning emas yang kemudian baru disusul lahirnya bayi perempuan.

Ditengah kegundahan itu tiba-tiba bayi yang berupa buaya itu berbicara kepada kedua orang tuanya dengan perkataan” ayah dan ibu jangan takut dan bersedih sesungguhnya aku juga anak kalian dan ini merupakan kehendak yang maha kuasa. oleh Karena bentuk ku yang berbeda dari manusia umumnya maka tolong hantarkan aku ke laut karena disanalah alamku. Akan tetapi sebelum aku dihantarkan ke laut ingatlah pesanku, bahwa apabila terjadi sesuatu pada adikku ataupun keluarga kita, baik itu senang ataupun susah, seperti akan menikah ataupun ada keluarga kita yang sakit atau dalam masalah yang berbahaya tolong panggil dan beri tahu diriku, aku akan berusaha membantu. Sebaliknya aku akan sangat marah jika tidak diberi tahu.”

Diberitahukan juga bahwa adapun cara memanggil dan memberitahunya adalah dengan cara menyiapkan semacam sajian yang diletakkan di tepi pantai sambil meyebut dirinya. Mengenai sajian yang dintar ke pantai  itu diantaranya adalah beras kuning kunyit, padi yang digoreng tanpa minyak yang dibut dengan beras bereteh, telor ayam kampung yang baru ditelurkan pada hari itu juga, rokok yang terbuat dari daun pandan kemudian diterangi dengan api lilin yang terbuat dari lemak madu atau sarang lebah yang direbus, dan ditambah dengan membakar stanggi sebagai wewengian. sajian tersebut harus diantar ke pantai oleh anak atau keluarga yaitu yang tua atau dituakan kemudian waktu mengantarkannya pada saat menjelang azan magrib, jangan lupa pula yang pergi mengantar sajian itu harus memakai kain kuning kunyit yang di ikat di pangkal tangan kanan sebagai simbol bahwa itu adalah anak keturunannya.

Mulai saat itulah apabila ada diantara sanak keluarga yang mau menikah dengan melakukan pesta, khitanan atau ada keluarga yang sakit berlarut-larut tak kunjung sembuh, maka dilakukan pemberitahuan dengan cara mengantarkan sajian ke pantai sebagaimana yang telah diberitahukan oleh anak manusia yang berbentuk buaya tersebut yang sampai saat ini di yakini.

Dikatakan hal tersebut diyakini, itu dikarenakan telah terbukti apabila hal tersebut tidak dilakukan dengan benar. Maka akan terjadi sesuatu yang tidak baik atau semacam bencana. Hal ini pernah terjadi pada salah satu keluarga yang berusaha untuk tidak meyakini dan tidak melakukan apa yang telah menjadi kebiasaan tersebut, akan tetapi yang terjadi malahan suatu peristiwa yang tak diduga, yaitu pada saat hari pelaksanaan perkawinan dilaksanakan, tiba-tiba sehari sebelum pelaksanaan, dimana persiapan-persiapan sedang dilakukan termasuk pemasangan tenda sebagai tempat bagi para undangan untuk menyantap hidangan, tiba-tiba tenda tersebut roboh tanpa adanya angin ribut ataupun hujan.

Bukti lain tang terjadi adalah ketika salah satu anggota keturunan ini melakukan pesta perkawinan, maka tiba-tiba mempelai laki-laki berubah suaranya dan masuk kekamar dan merebah seperti layaknya seekor buaya sambil berkata bahwa dalam acara tersebut ada manusia yang berniat tidak baik, dan diperintahkan untuk berhati-hati, akan tetapi karena ada diantara keluarga itu yang mengerti, maka keadaan bisa ditenangkan dan keadaanpun kembal normal.

Adapun sebab dikatakan sebagai suatu tradisi, dikarenakan perbuatan tersebut dilakukan terus menerus hingga saat ini, ditambah lagi adanya suatu pertanda atau semacam kejadian yang tidak di inginkan ketika apabila anjuran atau syarat-syarat tersebut tidak dipenuhi.  Dengan alas an tersebut, maka kebiasaan itu terus diyakini dan dilakukan sehingga menjadi seperti sebuah tradisi yang berlaku pada setiap anak keturunan mereka.

Apabila kita tinjau dari sudut agama, maka memang keberadaan makhluk ghaib dan alam ghaib dijelaskan dalam ajaran agama bahkan diatur dalam rukun iman yang menjelaskan adanya kepercayaan kepada yang ghaib, akan tetapi yang perlu kita garis bawahi adalah selama hal tersebut tidak bertentangan dengan aqidah ketauhidan maka baik dari sudut pandang sosial kemasyarakatan maupun agama, maka dianggap sah bahkan perlu dilestarikan sebagai bagian dari adat budaya terutama adat melayu.

C.     PENUTUP

1.      Kesimpulan

Berdasarkan dari penelitian yang penulis lakukan terhadap sebuah tradisi mayarakat yang memiliki keturunan kembar buaya tersebut, maka dapatlah penulis simpulkan sebagai berikut:

bahwa, menurut pihak-pihak yang penulis wawancarai bahwa keadaan tersebut sangat diyakini  benar adanya bahkan pihak keturunan tersebut masih terus melaksanakan tradisi itu meskipun tata cara pelaksanaanya sedikit demi sedikit dirasa berkurang kekentalan tradisinya jika dibandingkan dengan cara pelaksanaanya diwaktu dulu. Hal itu dikarenakan adanya pengaruh dari perkembangan social budaya yang kini semakin maju, meskipun tradisi tesebut belum bisa ditinggalkan.

2.      Saran

Dengan melakukan analisis yang mendalam terhadap adanya sebuah tradisi kembar buaya tersebut, maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut:

Ø  Kepada pihak-pihak yang memiliki sebuah tradisi yang apapun bentuknya untuk terus menjaga kelestarian tradisi tersebut sebagai bentuk dari perkembangan budaya yang kita miliki.

Ø  Yang perlu digaris bawahi adalah sebagai seorang muslim tentunya apapun itu selama tidak bertentangan dengan aqidah atau ketauhidan maka kita patut untuk menghargai warisan nenek moyang kita sebagai khasanah budaya bangsa.

Created by: anakmelayukepulauanriau.blogspot.com
Karya tulis Budaya Muhammad Al Qarni 23 Maret 2012 SMAN PLUS PROV. RIAU
readmore »»  

Raja Haji Fisabillillah Hannibal dari Riau



            
   Raja Haji Fisabilillah merupakan tokoh dari Riau yang paling banyak disebut oleh pakar-pakar sejarah  kawasan sekitar selat Melaka. Setidak-tidaknya ada dua buah buku dari masa yang tidak terlalu jauh berbeda  yang menggambarkan tokoh Raja Haji Fisabilillah sebagai tokoh pusat. Kedua buku itu adalah Tuhfat al-Nafis karya yang mungkin sekali dikerjakan oleh Raja Ahmad dan diteruskan oleh Raja Ali Haji (keduanya tidak lain adalah anak dan cucu Raja Haji Fisabilillah) dan de Nederlenders in Djohor en Siak karya Elizha Netcher (seorang pegawai pemerintah Hindia Belanda yang ditempatkan di Riau dan pernah menjadi Residen Riau: setelah memasuki masa pensiun ia dikenal sebagai seorang penulis sejarah yang cukup teliti). Kedua  buku itu merupakan perimbangan yang setara terutama dalam membuat gambaran Raja Haji Fisabilillah.

Bersempena dengan tindakan pergi mendatangi pusat kekuasaan musuh itulah maka Jonkheer Ruysch, seorang perwira Belanda di kapal “Utrecht” menamakan Raja Haji Fisabilillah sebagai “een andere Hannibal” atau” seorang Hannibal yang lain” artinya seorang Hannibal yang lain dari Hannibal yang sebenarnya di Krtago lebih kurang dua ratus tahun sebelum masehi sebagaimana dinyatakan dalam sebuah buku khatam kaji dalam bidang ilmu sejarah pada Universitas Utrecht di Belanda tahun 1985. Hal itu dikarenakan tak lama setelah mencapai kemenangan dalam pertempuran di Riau, Raja Haji segera mengerahkan pasukanya untuk menyerang salah satu pusat kekuasaan Belanda yaitu yang berada di Melaka. Lebih satu abad sebeum itu, sultan Agung (1613-1645) telah bertindak sebagai Hannibal dari Mataram karena endatangi dan meyerang pusat kekuasaan di Batavia.

Persamaan yang cukup kentara lainya antara Sultan Agung dengan Raja Haji ialah: kalau Sultan Ahung berhasil membangkitkan semangat bertempur bukan saja dari Mataram sendiri namun sampai keluar sempadan kerajaanya, maka Raja Haji pub membawa serta gabungan kekuatan selain dari yang berasala dari kerajaan Riau juga dari pesisir pulau Sumatra seperti Asahan, Siak, Indragiri, Jambi, dari pesisir pulau Kalimantan, dan juga dari Selangor, Naning dan Rembau yang merupakan tempat bermukim oran-orang Bugis dan Minangkabau di Tanah semenanjung. Laporan dari sumber Belanda bahkan menyatakan bahwa ada usaha pihak Riau untuk menghubungi raja-raja di Jawa agar ikut dalam perang tersebut. Usaha Raja Haji menjalin hubungan dengan para penguasa pribumi di pulau Jawa yang dapat diketahui dari surat-surat yang dirampas oleh pasukan Belanda  dari beberapa perahu yang mencoba menerobos  blockade Belanda di perairain Riau pada bulan Juni 1783.

Cukup banyak nama dan gelar, baik yang bernada sanjungan, pejorative, atau teraumatik, diberikan kepada pemimpin perang yang jabatan resmi terakhirnya ialah Yang Dipertuan Muda atau Yamtuan Muda atau raja muda kerajaan Riau Johor itu. Umpamanya karena besempena dengan tempatnya gugur, ia diberi gelar yang lebih luas dikenal dan lebih dihormati karena bobot keislamanya ialah Raja Haji Fisabilillah. Selain itu ada pula orang yang menamkanya sebagai “pengembara yang merugikan “, “pemimpin berkharisma yang gemar berperang “Si Raja Api” dan macam-macam gelar dan nama lain

Dari berbagai nama dan gelar yang ragam itu maka timbulla kesan yang menyatakan bahwa Raja Haji adalah seorang tokoh yang disanjung tinggi dan dihormati oleh orang bangsanya, serta sangat diperhitungkan dan dihormati oleh pihak lawan atau musuhnya



Sumber: Raja Haji Fisabilillah Hannibal dari Riau karangan Hasan Junus bab I

Posted by: anakmelayukepulauanriau.blogspot.com
readmore »»  

Taming Sari Keris Laksamana Hangtuah


Taming Sari adalah nama seorang pendekar Jawa dalam kerajaan Majapahit seperti yang tersebut di dalam Hikayat Hang Tuah. Menurut hikayat ini, Taming Sari adalah seorang panglima yang paling handal di Majapahit ketika itu, dan beliau telah ditugaskan oleh Bendahara Majapahit, Patih Gajah Mada untuk membunuh Hang Tuah.

Taming Sari dikatakan seorang yang kebal tidak dapat dicederakan oleh senjata. Bagaimanapun, kekebalannya adalah terletak pada keris yang digunakannya. Hang Tuah pula pada masa itu telah berguru kepada seorang ahli pertapaan Jawa bernama Sang Adi Putera. Gurunya itu telah memberitahu akan kelemahan Taming Sari. Oleh itu, pada hari pertarungan antara kedua pendekar ini di hadapan Sultan Melaka dan Betara Majapahit, Hang Tuah telah berjaya merampas keris Taming Sari dan menggunakan keris itu utnuk menikamnya hingga mati.

Sebagai menghargai kejayaan Hang Tuah itu, Betara Majapahit telah menganugerahkan keris itu kepada Hang Tuah. Keris ini dikenali sebagai “Keris Taming Sari” dan telah dibawa pulang ke Melaka. Keris yang sama juga telah digunakan oleh Hang Jebat untuk menderhaka Sultan Melaka. Hang Jebat juga dikatakan kebal kerana memiliki keris Taming Sari. Dalam pertarungannya yang terakhir dengan Hang Tuah, keris Taming Sari telah berjaya merampas semula oleh Hang Tuah yang kemudiannya menikam mati Hang Jebat.

Keris ini adalah Keris Kerajaan bagi jawatan Laksamana Melaka, yang terakhir sekali dijawat dan dipegang oleh (Bendahara) Hang Tuah. Keseluhuran sarung keris ini diseliputi oleh dedaun emas. Keris ini dihargai sebagai berkeupayaan untuk berlegar di udara ke mana-mana haluan dalam mengejar musuh.

Adalah dikatakan bahawa Hang Tuah memberi keris ini kepada Tun Mamat untuk dibawa balik menghadap Sultan pada masa itu kerana beliau terlalu malu untuk menghadap sendiri Kebawah Duli Sultan kerana gagal mendapat Puteri Gunung Ledang untuk mengahwini baginda.

Tatkala Sultan Mahmud Shah meninggalkan Melaka, baginda membawa keris ini bersama-sama baginda ke Kampar, Sumatera. Kemudian baginda mengurniakan keris ini kepada anakanda baginda Raja Mudzafar Shah yang kemudiannya berangkat ke Perak Darul Ridzuan dan ditabalkan sebagai Sultan Perak yang pertama.
Posted by : anakmelayukepulauanriau.blogspot.com
readmore »»  

Selasa, 27 Agustus 2013

Download Soal ON MIPA PT 2011



Apa kabar sobat sekalian... sesi kali ini saya ingin sharing soal ON MIPA PT yang diadakan oleh oleh Kementrian Pendidikan. ON MIPA PT ini termasuk kompetisi yang setara dengan OSN tingkat SMP dan SMA tapi dia buat perguruan tinggi alias mahasiswa. Lomba ini memiliki kriteria dan persyaratan tertentu. Untuk tahun 2013 bisa di download disini:
                                                              DOWNLOAD

Pada mulanya peserta akan di seleksi tingkat Universitas di masing-masing universitasnya. Ini setara dengan OSK. Lalu mengikuti seleksi tingkat Provinsi di masing-masing provinsi. Baru setelah itu akan mengikuti seleksi Nasional yang diselenggarakan di universitas yang bakal ditunjuk oleh Mentri Pendidikan.Nih saya sharing soal ON MIPA PT tahun 2011:
                                                                    
                                                                       FISIKA
                                                                   MATEMATIKA
                                                                        KIMIA
                                                                      BIOLOGI
readmore »»  

Proses Pencokelatan pada Buah Apel

Apel adalah buah yang digemari oleh banyak orang. Terdapat beberapa jenis apel, seperti: Apel Granny Smith, Apel Fuji dan Apel Malang. Tiap jenis apel memiliki rasa yang khas, tetapi ada satu kesamaan dari semua apel, yaitu perubahan warna menjadi kecokelatan ketika apel dipotong atau dikupas. Perubahan warna ini dapat disertai dengan perubahan rasa pada apel yang mengurangi kelezatan buah tersebut. Banyak orang yang tidak mengetahui alasan di balik perubahan warna pada apel. Sesungguhnya, perubahan warna dari apel tersebut melibatkan reaksi kimia yang disebut proses pencokelatan.
 Proses Browning atau pencokelatan adalah proses di mana suatu zat, pada umumnya berupa makanan, berubah warna menjadi kecokelatan.[1] Perubahan warna tersebut umumnya diikuti oleh perubahan rasa pada makanan yang mengurangi cita rasa makanan sehingga proses ini seringkali dianggap merugikan. Namun, sesungguhnya ada pula proses pencokelatan yang diinginkan dan sengaja dilakukan pada bahan pangan. Terdapat dua jenis proses pencokelatan, yaitu: proses pencokelatan yang melibatkan kerja enzim atau pencokelatan enzimatik dan proses pencokelatan yang terjadi tanpa kerja dari enzim atau pencokelatan oksidatif. Karamelisasi dan Reaksi Maillard adalah dua jenis utama dari proses pencokelatan oksidatif. Karamelisasi merupakan proses oksidasi yang terjadi pada gula, sedangkan reaksi Maillard adalah reaksi kimia asam amino dan gula pereduksi.[2]

Proses pencokelatan enzimatik melibatkan enzim-enzim seperti Monophenol Monoxygenase atau tyrosinase, polifenol oksidase atau fenolase, dan laccase.[3] Proses pencokelatan yang dialami oleh apel merupakan proses pencokelatan enzimatik yang dipengaruhi oleh kerja enzim fenolase. Ketika apel dikupas atau dipotong, enzim yang tersimpan di dalam jaringan apel akan terbebas. Apabila enzim tersebut mengalami kontak dengan oksigen di udara, fenolase akan mengkatalisis konversi biokimia dari komponen fenolik yang ada pada apel sehingga komponen tersebut berubah menjadi pigmen coklat atau melanin. Proses ini pada umumnya terjadi pada pH antara 5,0-7,0 dan pada temperatur yang cenderung hangat. Sebagai tambahan, kontak dengan besi atau tembaga akan mempercepat reaksi pencokelatan enzimatik. Hal ini dapat diamati ketika apel dipotong menggunakan pisau yang telah berkarat atau ditaruh di dalam mangkok tembaga lalu diaduk-aduk, proses pencokelatan yang terjadi dapat terlihat dalam waktu yang lebih singkat.[4]

Terdapat dua reaksi dalam proses pencokelatan enzimatik yaitu reaksi Cresolase dan Catecholase.[5] Dalam reaksi Cresolase, komponen monofenol yang ada pada apel mengalami hidroksilasi menjadi o-difenol. Dalam reaksi Catecholase, difenol diubah menjadi o-quinone. Reaksi ini sering juga disebut reaksi difenolase. Reaksi Catecholase terjadi segera setelah terbentuknya senyawa o-difenol, tanpa memerlukan keberadaan oksigen ataupun enzim fenolase. Setelah senyawa o-quinone terbentuk, senyawa o-difenol akan mengalami hidroksilasi menjadi senyawa trifenolik yang akan bereaksi lebih jauh dengan o-quinone dalam proses pembentukan melanin coklat pada apel.[6]

Komponen fenolik pada apel berupa flavonoid dan asam fenolik. Flavonoid yang ada di dalam apel adalah flavonol, catechin, dan epicatechin. Contoh asam fenolik yang ada di dalam apel adalah asam cafeic dan asam p-coumaric yang membentuk ester dengan asam quinic di dalam apel. Senyawa fenolik lainnya adalah floretin glikosida. Konsentrasi masing-masing senyawa fenolik pada apel bervariasi, bergantung pada bagian-bagian di mana senyawa tersebut ada. Pada kulit apel, senyawa fenolik yang mendominasi adalah quercetin glikosida dan flavonol. Bagian inti dan biji buah apel banyak mengandung floretin glikosida. Bagian korteks buah apel banyak mengandung asam fenolik.[7]

Sebagian besar komponen fenolik yang dimiliki oleh apel berbentuk senyawa o-difenol. Senyawa o-difenol adalah senyawa organik berupa antioksidan yang berfungsi mengurangi resiko kanker. Dalam proses pencokelatan, enzim fenolase mengubah o-difenol pada apel menjadi o-quinone yang lebih reaktif. Senyawa o-quinone akan bereaksi lebih jauh dengan komponen fenolik lainnya dan protein pada jaringan apel dan membentuk melanin yang memberikan warna cokelat pada apel. Enzim fenolase memerlukan oksigen agar dapat bekerja. Oksigen berperan sebagai akseptor hidrogen dalam proses pencokelatan sedangkan Komponen fenolik pada apel merupakan substrat dari enzim fenolase.[8]

Proses pencokelatan juga dapat disebabkan oleh luka pada apel yang terjadi karena benturan-benturan pada permukaan apel. Ketika apel terluka, ada beberapa sel yang menjadi rusak. Kerusakan sel ini akan mengekspos komponen fenolik pada apel sehingga fenolase dapat dengan mudah bereaksi dengan komponen fenolik tersebut. Proses pencokelatan terjadi ketika fenolase mengoksidasi komponen fenolik yang sudah terekspos dan membentuk senyawa melanin yang memberikan warna kecokelatan pada apel. Konsentrasi dari fenolase yang ada pada apel akan mempengaruhi seberapa jauh proses pencokelatan terjadi.[9]

Pencegahan proses pencoklatan sangat penting dalam industri makanan, karena warna seringkali dianggap sebagai tolak ukur konsumen dalam memilih makanan. Kemungkinan terjadinya proses pencokelatan pada apel yang disebabkan oleh benturan-benturan meningkatkan kewaspadaan para produsen apel dalam proses pengemasan apel. Apabila apel tidak dikemas dengan baik, kemungkinan terjadinya luka pada saat transportasi apel semakin besar. Benturan-benturan yang terjadi akan menyebabkan terjadinya proses pencokelatan pada apel yang akan mengurangi daya tarik dan rasa dari apel. Oleh karena itu, produsen biasanya membungkus apel dengan kertas sebelum dimasukkan ke dalam kardus agar kemungkinan terjadinya benturan pada apel dapat dikurangi.
Penggunaan inhibitor dapat dilakukan guna mengontrol proses pencokelatan. Inhibitor bagi enzim fenolase dapat berupa dietil-ditiokarbonat. Seyawa ini dapat mencegah terjadinya proses pencokelatan enzimatik. Proses inhibisi dapat terjadi melalui tiga cara, yaitu: inaktivasi enzim, reaksi inhibitor dengan substrat, dan reaksi inhibitor dengan produk. Inaktivasi enzim terjadi ketika inhibitor membentuk suatu kompleks dengan enzim yang menyebabkan enzim tersebut menjadi tidak aktif dan tidak dapat bereaksi dengan senyawa. Inhibitor bereaksi dengan substrat sehingga substrat mengalami perubahan struktur dan tidak dapat membentuk kompleks dengan enzim. Inhibitor juga dapat bereaksi dengan produk. Namun, cara ini tidak dapat digunakan pada apel karena senyawa dietil-ditiokarbonat beracun bagi tubuh.
Mengurangi kontak makanan dengan oksigen juga dapat mengontrol proses pencokelatan. Metode ini dapat dilakukan dengan merendam apel dalam air sebelum mengonsumsi apel. Hal ini dapat dilakukan pada apel yang tidak langsung dikonsumsi setelah dikupas atau dipotong. Perendaman apel bertujuan agar enzim fenolase tidak dapat bereaksi dengan oksigen sehingga reaksi pencoklatan tidak terjadi karena proses pencokelatan enzimatik membutuhkan bantuan oksigen agar dapat terjadi.[10] Proses pencokelatan juga dapat dikontrol dengan proses pemanasan makanan. Enzim fenolase menjadi tidak aktif ketika dipanaskan. Namun, proses ini juga memiliki dampak negatif. Gula yang ada di dalam makanan akan keluar dari makanan karena suhu tinggi.[11]
Proses pencokelatan enzimatis juga dapat dikurangi denggan mengurangi kontak apel dengan besi. Selain itu, ada baiknya apabila apel yang telah dipotong tidak dimasukkan ke dalam mangkuk atau piring yang terbuat dari tembaga. Hal ini disebabkan karena reaksi enzimatis akan dipercepat oleh kedua jenis logam tersebut. Pemotongan apel lebih baik dilakukan dengan menggunakan pisau anti karat yang terbuat dari stainless steel. Pisau besi lebih mudah berkarat daripada pisau dari stainless steel. Apel mengandung asam yang bersifat korosif bagi berbagai jenis logam. Stainless steel termasuk logam yang tidak mudah bereaksi dengan asam sehingga tidak mudah berkarat. Seperti yang telah disebutkan, pisau yang berkarat akan mempercepat proses pencokelatan.
Pencegahan proses pencokelatan enzimatis pada apel juga dapat dilakukan dengan penurunan pH apel. Enzim fenolase yang berperan dalam reaksi pencokelatan pada apel memiliki pH optimum antara 5,0-7,0. Ketika apel diberi sedikit cairan asam, pH dari apel akan menurun. Ketika pH mencapai 3,0, aktivitas enzim fenolase akan berkurang. Berkurangnya aktivitas enzim fenolase tersebut akan mencegah proses pencokelatan enzimatis. Asam askorbat dapat digunakan karena asam askorbat merupakan inhibitor alami bagi fenolase. Asam askrobat yang digunakan dapat diperoleh dari sari jeruk nipis, sari buah nenas dan sari buah lemon. [12]
Proses pencokelatan pada makanan seringkali menimbulkan masalah bagi produsen maupun konsumen. Produsen makanan harus benar-benar memperhatikan cara pengemasan bahan makanan. Pengemasan apel yang tidak tepat akan mempercepat proses pencokelatan yang terjadi karena benturan-benturan. Hal tersebut dapat diminimalisir dengan penyusunan buah apel yang berukuran sama di dalam kotak yang sama. Dengan mengepak buah apel yang berukuran hampir sama di dalam satu kotak, rongga di dalam kotak dapat dikurangi dan apel dapat tersusun dengan rapi. Susunan apel yang rapi akan mengurangi pergerakan dan pergesekan antara apel yang satu dengan yang lain sehingga proses pencokelatan akibat luka atau benturan dapat dikurangi.
Apel merupakan buah yang memiliki banyak manfaat. Sangatlah disayangkan apabila peminat apel berkurang karena proses pencokelatan yang mengurangi kelezatan dari apel. Sesungguhnya, terdapat banyak cara mudah guna mencegah proses pencokelatan ini. Perendaman dengan air, pemberian sari jeruk nipis atau buah nenas, dan pemilihan pisau yang baik sebagai pemotong apel merupakan cara-cara yang dapat dilakukan oleh semua orang sebagai pencegahan proses pencokelatan. Hal-hal tersebut dapat dilakukan sehingga semua orang dapat menikmati apel tanpa harus terganggu oleh perubahan rasa yang disebabkan oleh proses pencokelatan.

DAFTAR PUSTAKA
Boyacioglu, D. (n.d.). Enzymatic Browning. Disadur dari: http://web.itu.edu.tr/~boyaci/07%20Enzymatic%20Browning.pdf (22 April 2011, pukul 23.15 WIB)
Cheng, G.W. & Crisosto, C.H. (1995). Browning Potential, Phenolic Composition, and Polyphenoloxidase Activity of Buffer Extracts of Peach and Nectarine Skin Tissue. Disadur dari: http://postharvest.ucdavis.edu/datastorefiles/234-342.pdf (22 April 2011, pukul 23.26 WIB)
Davies, C. (2002). Enzymatic Browning of Apple. Disadur dari: http://ag.udel.edu/other_websites/foodworkshop/WSFWorkshop/Enzymatic%20Browning%20%28Ch1%29.htm (22 April 2011, pukul 22.45 WIB)
Hatfield, R.D. & Sullivan, M.L. (2007). Polyphenol Oxidase Generated Quinones: Biochemical Mechanism and Conequences of Their Interactions with Proteins. Disadur dari: http://www.reeis.usda.gov/web/crisprojectpages/204872.html (22 April 2011, pukul 22.59 WIB)
Markowski, J. & Plocharski, W. (2005). Determination of Phenolic Cmpounds in Apples and Processed Apple Products. Disadur dari: http://www.insad.pl/files/journal_pdf/Suppl_2_2006/Suppl_2_full_12_2006.pdf (22 April 2011, pukul 23.49 WIB)
readmore »»  

Senin, 26 Agustus 2013

WARKAH RAJA HAJI FISABILILLAH


Apa kabar Sobat sekalian. Kali ini saya ingin mengajak sobat sekalian merenung (menung?). Bukan menung tapi merenung dan bukan asal merenung. renunganya adalah  warkah (amanah) dari seorang raja yang bergelar Raja Haji Fisabilillah. Beliau adalah pahlawan perang dari kerajaan Riau Lingga dan telah ditetapkan sebagai pahlawan Nasional pada masa kepimimpinan pak Soeharto. Jujur saja, saya pertama membacanya ketika saya mempersiapkan karya tulis yang akan dipresentasikan dihadapan dosen sebagai peserta lomba sejarah UNRI mewakili SMAN PLUS PROV. RIAU, (Sekolah kebanggaan saya nih) saya menangis terharu (sedih banget). Warkah ini menggunakan istilah dalam bahasa Melayu Kepulauan Riau. Jadi bagi sobat sekalian yang gak ngerti tanya aja yah langsung di comment (sok banget). Oke langsung saja dibaca warkah Raja Haji Fisabilillah tersebut.
   
                                 
    
Ketahuilah olehmu wahai umat Melayu, peperangan ini bukanlah  peperangan orang-orang Bugis. Tetapi ini adalah peperangan untuk mengembalikan maruah dan kehormatan sekalian diri orang-orang Melayu yang telah dipijak-pijak oleh penjajah Belanda laknatullah. Akan tetapi Belanda itu telah mencanangkan bahawa aku dan sekalian orang Bugis tidak berpuas hati dengan pengagihan hasil rampasan tembakau dari Kapal Betsy kepunyaan Perancis yang menceroboh Selat Melaka itu. 

Adapun kita adalah orang-orang Melayu yang beriman kepada Allah Taala juga menyakini bahawa peristiwa itu hanyalah asbab yang telah menyatukan orang-orang Melayu dari Teluk Ketapang, Selangor, Rembau dan dari Batang Tiga untuk menghambat Belanda keluar dari Punggor, Duyung, Pernu, Semabok, Ujung Pasir, Bunga Raya, Bandar Hilir, Bukit Cina, Tanjung Keling dan Tengkera sebelum kita berkubu di Teluk Ketapang. Orang Serani, Cina dan India turut bergabung dengan kita dalam peperangan ini. Kini Gabenor Belanda menjadi seperti tikus dikejar naga berkubu di Kota Melaka. Ke hilir kena kutuk sultan, ke mudik kena kutuk raja.

Yakni dengan kata lain, peperangan ini adalah untuk mengembalikan tanah, udara, air dan laut yang telah dirampas oleh penjajah kepada orang-orang Melayu yang sudah beratus tahun membina kehidupan, membina kota dan pelabuhan di tanah air ini. Jikalau terdapat satu pun kampung, daerah, kota dan pelabuhan yang terbakar dan ditawan oleh penjajah, maka seluruh orang Melayu di seluruh kampung, daerah, kota dan pelabuhan wajiblah bangun menentang dan menghalau mereka. Sesungguhnya orang-orang Melayu itu bersaudara dan kita tidak akan kalah dalam mana-mana peperangan pun, jika kita bersatu padu di jalan Allah.

Syahadan untuk kita bersatu di jalan Allah bukanlah suatu perkara yang mudah. Ia bagai mengepal pasir yang kering. Syaitan adalah musuh yang nyata sama ada yang terang-terang terlihat pada mata kasar mahupun yang berselindung di sebalik hati manusia. Terbukti kebenaran wahyu sejak kakiku berjejak di Terengganu, Pahang, Johor, Selangor, Kedah, Langkat, Inderagiri, Jambi, Bangka, Pontianak, Mempawah dan negeri-negeri Melayu yang lain.

Telah bersungguh-sungguh aku membantu meleraikan persengketaan yang berlaku sesama sendiri dan mematahkan muslihat penjajah laknatullah. Mana dapat dibuat damai, maka damailah yang kumeterai. Mana yang berkehendakkan peperangan, maka peperanganlah yang kupimpin kerana sudah dua ratus tahun lebih kita masih dijajah bahana berebutkan kuasa yang tidak habis-habisnya, saling berhasad dengki dan bersubahat dengan musuh. Yang ruginya rakyat jelata. Tanah diambil, hasil diperas dan tubuh diperhamba.

Maka pada hari ini, tanggal 19 Rejab 1198 Hijrah bersamaan dengan 17 Jun 1784, di Tanjung Palas Teluk Ketapang inilah warkah yang tertulis. Warkah ini kutulis di atas sejadah, mengadap kiblat dalam keadaan berwuduk setelah selesai solat dan doa panjang untuk sekalian umat Melayu. Al-Quran di sebelah kananku. Kitab Dalilul Khairat di sebelah kiriku. Badik pusaka di pinggangku.

Sungguhpun demikian, aku amat menyedari bahawa terdapat di kalangan armada perang Melayu yang aku satukan dan pimpin ini terdapat golongan Melayu yang menjadi musuh dalam selimut. Berwajah Melayu berhati Belanda. Usahlah ditanya bagaimana aku mengetahuinya kerana tahu di angin turun naiknya. Apabila Allah mengkehendaki terjadi sesuatu perkara, maka tiadalah siapapun yang dapat mengelakkannya.

Biarkan sahaja mereka menyelinap ke dalam kubu kami dan mengepung aku. Syak fasik, yakin salih; batulah yang jadi juadah! Nah, wahai si munafik! Aku sesekali tidak pernah takut kepada kalian. Marilah kita berdepan sebagai seorang lelaki Melayu yang sejati! Engkau kendonglah panji perjuanganmu. Aku junjung panji perjuanganku! Nyawa kita di tangan Allah. Matiku di medan perang ini, tandanya sentiasalah aku hidup di sisi Allah Taala. Matimu di medan perang ini, tandanya celakalah engkau di akhirat kelak.

Seyogia, ketahuilah saudaraku. Walau apapun yang terjadi kepadaku janganlah dimungkirkan kafiat jalanku ini kerana ia akan hanya mengulangi kekhilafan malaikat apabila Allah menyatakan kehendak-Nya mahu menciptakan manusia untuk dijadikan khalifah di atas muka bumi yang akan ada di kalangan manusia saling menumpahkan darah.

Janganlah kita lupa pengakuan azali kita di depan Allah. Janganlah kita melupai ilmu yang Allah ajarkan secara langsung daripada sisi-Nya kepada kita. Kerana dengan itulah kita, manusia ini, dibangga-banggakan Allah di hadapan para malaikat-Nya, kata Allah ‘Sudah kunyatakan bahawa aku lebih mengetahui daripada apa yang kamu tahu.’

Allah Maha Besar!

Andai aku mati di medan perang ini akan berlanjutan fitnah demi fitnah yang tidak habis-habis, menghujani orang-orang Melayu di sepanjang sejarah akan datang. Manusia Melayu munafik, pengkhianat, pendengki dan petualang akan sentiasa muncul di kalangan kalian sebagai semut hitam yang melata di atas batu hitam pada waktu malam, tanpa bulan dan bintang.

Akan ada di kalangan kalian, Melayulah juga ia, yang akan menyambung lidah Belanda menuduh aku berjuang dan berperang kerana mabukkan harta dan kuasa. Sesungguhnya moyang poyangku para Opu Daeng Lima Bersaudara bukanlah mahu disanjung-sanjung dan dimegah-megah. Memadailah kukatakan apa yang kami inginkan ialah bangsa kita umat Melayu ini hidup bermaruah dan mempunyai kehormatan diri.

Maka Maha Adillah Allah Taala sebagaimana terdapat golongan yang munafik dan petualang bangsa, akan ada golongan di kalangan umat Melayu sesudah kami ini yang akan menyambung perjuangan kami. Mereka menyambut panji perjuangan kami dengan penuh harga diri. Dalam hati merekalah aku hidup dan menjadi cita-cita mereka pula mati kerana berjuang. Semangat mereka menyerupai kami, walaupun bilangan mereka tidaklah seramai golongan munafik dan petualang.

Mereka berani mati sehinggalah si petualang bangkit daripada sujud tatkala imam dan jemaah masih bersujud, lalu ditancamkan pisau di belakang antara mereka. Maka sesekali tidak mengundang gundah kerana apabila sudah datang janji Allah, maka syahid lah dia. Jika yang ditikam itu masih terus hidup, maka dia akan menjadi saksi kepetualangan si munafik tersebut, lalu mudahlah dicam dan diberkas seketika itu juga. Maha Besar Allah Yang Awal dan Yang Akhir.

Ketahuilah wahai saudaraku. Bahawasanya umat Melayu tidak akan sesekali ghaib daripada muka bumi ini yang Allah telah takdirkan gunung, dataran, sungai, kuala, selat dan lautan untuknya. Semuanya akan diwariskan Allah kepada raja yang adil lagi saksama dan pembesar yang mukmin dan mukminat untuk memerintah. Maka Allah mengurniakan rahmat dan berkat daripada tujuh petala langit dan tujuh petala bumi dan semua penduduk bumi dan langit mendoakan kesejahteraan bagi segenap isi negeri.

Sesungguhnya akan tibalah pada hari dan zaman itu orang-orang Melayu semuanya akan bersatu dan sanggup mati di jalan Allah. Mereka bersedia berperang dengan musuh daripada belahan dunia mana sekalipun. Kota-kota mereka terbina daripada peradaban ilmu yang dihiasi dengan mutiara kebijaksanaan. Ulama dan cendikiawan diterima sebagai penasihat ulil amri. Para ahli sufi terbebas daripada fitnah ajaran sesat dan batil. Rakyatnya cukup makan dan untung berniaga, tanpa ada penindasan dan perampasan. Kaum-kaum lain mendapat naungan dan jaminan keadilan sehingga taat dan setia mereka tidak berbelah bahagi lagi. Zaman makmur itu akan tiba juga apabila hak-hak Allah dipenuhi. Hak-hak rakyat dilaksanakan. Peraturan-peraturan mereka ditimbang dengan syariat dan disukat dengan adat.

Syahadan, ketahuilah olehmu wahai saudaraku. Ingatlah bahawa ranting yang akan melenting, dahan yang akan mencucuk dan duri yang akan mengait. Justeru tetapkanlah waspada sebagai pengawal di pintu gerbang zaman makmur. Bulan terang paksa baik: payang ke laut, baluk pun ke laut juga. Runtuhnya zaman makmur kerajaan Melayu sebelum ini adalah kerana raja dan pembesarnya sudah ada biduk, tetapi serempu pula. Lalu timbullah perebutan, hasad, iri hati dan sengketa. Kalau rakyatnya pula suka menuntut piutang lapuk. Ditelan kemewahan dilambung mabuk. Ada juga yang menjadi seperti itik bertaji. Tandanya, keris tersisip di dinding, pedang tajam dalam sarungnya sahaja.

Musuh yang nyata disetiakawankan. Manakala sesama sendiri sanggup ‘berjuang’ hingga memancung leher. Kesudahan mereka adalah dengan suul khatimah kerana lekat pada ingatan mereka akan harta dan kuasa yang terlepas daripada tangan. Dipamerkan pula tempatnya di neraka jahanam, wa nauzubillah. Itulah jihad di jalan syaitan adanya. Benarlah, ujian-ujian daripada Allah turun bersama-sama zaman makmur.

Maka jika kita alpa dan lalai diri dengan melakukan kegiatan dan perbuatan yang dilarang Allah, maka tunggulah bala bencana daripada tujuh petala bumi dan tujuh petala langit bertali arus menimpa umat Melayu itu. Ya Allah menitis pula air mataku. Ketahuilah bahawa aku tidak pernah menitiskan air mata sebagai seorang lelaki Melayu berhati kecut. Tetapi air mataku ini mengalir apabila memikirkan anak cucu cicit yang terkemudian hari. Apalah pula ujian dan balanya; apalah pula sengketanya; apalah pula pengkhianatannya; apalah pula penyelewengannya dan apalah pula kesudahannya.

Segala ribut badai perasaanku menyatu bersama ingatan terhadap junjungan nabi kita ketika saat-saat sakaratulmaut menjelang, telah terucap di mulutnya yang mulia ‘umatku, umatku, umatku!’ Aduhai Nabi kekasih Allah! Ingatlah pada zaman manapun kalian berada sentiasalah berselawat ke atas nabi dan beramal dengan sunnah-sunnahnya kerana itulah penyelamat agung penyedar daripada alpa dan lalai, pengikis sifat munafik dan menghidupkan jiwa.

Ya Allah limpahkan selawat dan salam ke atas Muhammad pada awalnya
Ya Allah limpahkan selawat dan salam ke atas Muhammad. pada akhirnya.
Ya Allah limpahkan selawat dan salam ke atas Muhammad pada setiap ketika.

Tatkala sampai di baris ini, aku sedang melihat berpuluh kapal perang armada Belanda pimpinan Peter van Braam dari Betawi itu, sudahpun tiba di pantai. Demi Allah, yang hidup dan matiku hanyalah di tangan-Nya, sedikitpun aku tidak berasa gentar, apatah lagi untuk berundur walau seinci pun ke belakang kerana kuyakini Allah sentiasalah ada bersamaku dengan panji janji-Nya dan panji kebenaran-Nya. Biarlah luka di dada jangan luka di belakang.

Rencana si munafik itu sampailah ke kemuncaknya apabila mereka dapat masuk menyelinap ke dalam kubuku, merampas pemurasku yang disandarkan ke dinding, maka ketika itu sampailah ilham daripada Allah kepadaku. Bahawa aku kini hanya ada sebilah badik tersisip di pinggang dan hijap yang terangkat antara aku dengan Tuhanku. Seraya langsung aku memanjatkan doa, “Ya Allah sesungguhnya aku telah dizalimi dan dikhianati. Aku bentangkan ke hadrat-Mu seluruh pengharapan-Mu dengan segala fakir dan hina diriku, Engkau jadikanlah warkahku ini terhijab daripada pandangan mata setiap munafik dan musuh-musuhku serta Engkau peliharakanlah warkahku ini hingga sampai ke hujung zaman agar dapat dibaca dan ditilik oleh anak cucu cicit kami pada kemudian hari.

“Ya Allah. Tidak sampai hati mahu ku pinta celaka untuk segolongan Melayu yang bersubahat dengan penjajah itu. Ya Allah jadikanlah anak cucu cicit kami di kemudian hari berjuang dan berperang dengan lebih berani dan gagah di jalan-Mu. Ya Allah tempat aku juga di sisi kekasih-Mu, Rasulullah yang aku rindui dan cintai segenap hatiku sekiranya aku gugur di jalan-Mu Ya Allah. Sungguh Engkau Maha Mengabulkan doa.”

Tatkala itu munafik-munafik itu mahu menangkap aku yang masih bertimpuh di atas sejadah. Namun demikian dengan kuasa Allah Taala segala sendi pada tubuh mereka, terkunci kaku seperti patung adanya. Maka bingkaslah aku daripada duduk lalu aku pandang satu persatu wajah-wajah Melayu munafik itu. Benarlah, peluru perak pemecah kubu yang kuat. Sungguh kawat yang dibentuk, ikan ditebat yang diadang. Tiada gunanya lagi kata-kata kerana perut tidak bertelinga. Sesudah itu berjalanlah aku menuju ke muka kubu dan tersergamlah kapal perang penjajah laknatullah itu pada pandanganku. Inilah Raja Haji yang kalian cari-cari. Syarak yang mengata, adat yang memaksa. Dengan badik di tangan kanan dan Dalilul Khairat di tangan kiri, lidahku berwiridkan selawat.

Bammm!!!

Bunyi bedilan sebuah meriam daripada salah sebuah kapal Belanda yang muncungnya dihala ke batang tubuhku, bergema ke udara. Ah! Sungguh beruntung pengkhianat itu kerana dapat menyaksikan lagi kuasa Allah apabila peluru lela rentaka meletup di dalam lubangnya sendiri, lalu terpelantinglah askar Belanda berselerak di atas kapal dan sebahagiannya pula jatuh ke dalam laut. Beranak pinaklah pula bunga-bunga api membakar kapal perang itu. Panglima Perang Belanda Peter van Braam nyatalah amatlah terkejut adanya. Bertambah maraklah lagi semangat jihad yang menjulang-julang dalam dada pejuang-pejuang Melayu. Bertambah amuklah mereka hingga berkecamuk barisan penembak pasukan askar Belanda itu.

Lantas bertafakurlah aku apabila melihat keadaan itu. Aku berserah sepenuhnya kepada Allah untuk menetapkan apa jua keputusan-Nya. Beberapa ketika kemudian dapatlah aku ilham daripada-Nya seraya aku bermohon, “Ya Allah aku berserah kepada-Mu seluruh jiwa dan ragaku. Aku rela syahid Ya Allah di jalan-Mu, daripada kehormatanku dan kehormatan umat Melayu ini dipijak-pijak oleh penjajah laknat ini setelah ditipudayakan oleh petualang daripada bangsa kami sendiri.” Arakian Panglima Perang Belanda itu sendiri segera menyalakan sumbu ubat bedil merim lela rentaka yang muncungnya dihalakan tepat ke dadaku.

Bammm!!!

Maka sampailah janji Allah. Mencurahlah darah daripada dadaku.
Jasadku rebah ke tanah. Tiada Tuhan Melainkan Allah. Maka terpinga-pingalah para munafik dan petualang apabila melihat askar penjajah memijak-mijak batang tubuhku, membakar al-Quran dan Dalilul Khairat. Badikku pula dilemparkan ke dalam laut. Pecahlah kapi, putuslah suai. Datanglah masyghulku, tetapi seketika itu juga difahamkan Allah kepadaku bahawa itulah tanda-tanda doaku yang telah dimakbulkan Allah.

Posted by : anakmelayukepulauanriau.blogspot.com
 
readmore »»  

Titik vital tubuh Manusia

 Target Vital / ikon dan pesan judul Tubuh terbagi menjadi tiga bagian: tinggi, menengah, dan rendah. Setiap bagian berisi target penting. Pengaruh mencolok ini target berikut: a. Bagian tinggi. Bagian tinggi termasuk kepala dan leher, ini adalah daerah sasaran paling berbahaya. 
(1) Atas kepala. Tengkorak lemah dimana tulang tengkorak frontal bergabung. Sebuah pemogokan kuat menyebabkan trauma pada rongga tengkorak, mengakibatkan ketidaksadaran dan perdarahan. Serangan berat dapat mengakibatkan kematian.


(2) Dahi. Pukulan kuat dapat menyebabkan whiplash, sebuah pukulan keras dapat menyebabkan pendarahan otak dan kematian.

(3) Temple. Tulang tengkorak lemah di kuil, dan arteri dan saraf besar berada dekat dengan kulit. Sebuah pemogokan yang kuat dapat menyebabkan ketidaksadaran dan gegar otak. Jika arteri terputus, maka perdarahan besar yang dihasilkan kompres otak, menyebabkan koma dan atau kematian.

(4) Mata. Sebuah tusukan kecil di mata menyebabkan air tidak terkendali dan penglihatan kabur. Sebuah tusukan kuat atau kantung dapat menyebabkan kebutaan sementara, atau mata bisa mencungkil. Kematian dapat terjadi jika jari menembus tulang tipis di belakang mata dan ke otak.

(5) Telinga. Sebuah pemogokan untuk telinga dengan tangan menangkup bisa pecah gendang telinga dan dapat menyebabkan gegar otak.

(6) Hidung. Setiap pukulan dengan mudah dapat mematahkan tulang hidung tipis, menyebabkan rasa sakit yang hebat dan air mata.

(7) Di bawah hidung. Pukulan ke pusat saraf, yang dekat dengan permukaan bawah hidung, dapat menyebabkan rasa sakit besar dan mata berair.

(8) Jaw. Sebuah pukulan ke rahang bisa patah atau terkilir itu. Jika saraf wajah adalah terjepit terhadap rahang bawah, satu sisi wajah akan lumpuh.

(9) Chin. Sebuah pukulan ke dagu dapat menyebabkan kelumpuhan, gegar otak ringan, dan pingsan. tulang rahang bertindak sebagai tuas yang dapat memancarkan kekuatan pukulan ke bagian belakang otak dimana mekanisme jantung dan pernapasan dikendalikan.

(10) Kembali telinga dan dasar tengkorak. Pukulan moderat ke belakang telinga atau dasar tengkorak dapat menyebabkan ketidaksadaran oleh efek gemuruh di bagian belakang otak. Namun, pukulan kuat bisa menyebabkan perdarahan atau gegar otak dan kematian.

(11) Tenggorokan. Pukulan kuat ke depan tenggorokan dapat menyebabkan kematian dengan menghancurkan tenggorokan. Pukulan kuat menyebabkan rasa sakit yang hebat dan tersedak atau muntah.

(12) Side leher. Pukulan tajam ke sisi leher menyebabkan ketidaksadaran oleh shock pada arteri karotis, vena jugularis, dan saraf vagus. Untuk efek maksimal, meniup harus difokuskan bawah dan sedikit di depan telinga. Pukulan kurang kuat menyebabkan kejang otot spontan dan rasa sakit. Sisi leher adalah salah satu target terbaik untuk menggunakan untuk menjatuhkan lawan segera atau untuk menonaktifkan dia sementara untuk menyelesaikan nanti.

(13) Kembali leher. Pukulan kuat ke bagian belakang leher seseorang dapat menyebabkan whiplash, gegar otak, atau bahkan patah leher dan kematian.
b. Bagian Tengah. Bagian tengah membentang dari bahu ke daerah tepat di atas pinggul. Kebanyakan pukulan ke titik-titik vital di wilayah ini tidak fatal, tapi bisa serius, komplikasi jangka panjang yang berkisar dari trauma pada organ-organ internal untuk cedera tulang belakang.
(1) Front otot bahu. Sebuah bundel besar saraf lewat di depan sendi bahu. Pukulan kuat menyebabkan rasa sakit yang hebat dan bisa membuat seluruh lengan tidak efektif bila saraf dipukul tepat.
(2) tulang selangka. Pukulan untuk tulang selangka bisa patah itu, menyebabkan rasa sakit dan rendering lengan pada sisi fraktur tidak efektif. fraktur juga dapat memotong saraf brachialis atau arteri subklavia.
(3) ketiak. Sebuah saraf besar terletak dekat dengan kulit di ketiak masing-masing. Pukulan untuk saraf ini menyebabkan sakit parah dan kelumpuhan parsial. Sebuah pisau dimasukkan ke ketiak berakibat fatal karena severs arteri utama terkemuka dari hati.
(4) Spine. Pukulan ke kolom tulang belakang dapat memotong tulang belakang, mengakibatkan kelumpuhan atau kematian.
(5) Puting. Sebuah jaringan besar saraf melewati dekat kulit pada puting. pukulan Sebuah sini dapat menyebabkan rasa sakit yang hebat dan perdarahan ke pembuluh darah yang banyak di bawah.
(6) Heart. Pukulan menyentak ke jantung bisa stun lawan dan memberikan waktu untuk tindak lanjut atau teknik finishing.
(7) Solar pleksus. Solar plexus adalah pusat saraf yang mengendalikan sistem kardiorespirasi. Pukulan ke lokasi ini menyakitkan dan dapat mengambil napas dari lawan. Pukulan yang kuat menyebabkan ketidaksadaran oleh shock ke pusat saraf. Pukulan menembus juga dapat merusak organ internal.
(8) Diafragma. Pukulan ke depan bawah tulang rusuk dapat menyebabkan diafragma dan otot-otot lain yang mengontrol pernapasan untuk bersantai. Hal ini menyebabkan hilangnya napas dan dapat mengakibatkan ketidaksadaran karena kegagalan pernapasan.
(9) Floating tulang rusuk. Pukulan ke rusuk apung dapat dengan mudah patah mereka karena mereka tidak melekat pada tulang rusuk. Patah tulang rusuk pada sisi kanan dapat menyebabkan cedera internal untuk hati; rusuk retak di kedua sisi mungkin bisa menusuk atau runtuh paru-paru.
(10) Ginjal. Pukulan kuat ke ginjal dapat menyebabkan shock dan mungkin dapat menyebabkan cedera internal organ-organ ini. Sebuah menusuk ke ginjal menginduksi shock instan dan dapat menyebabkan kematian dari perdarahan internal yang parah.
(11) Abdomen bawah pusar. Pukulan kuat untuk area di bawah pusar dan di atas pangkal paha bisa menyebabkan syok, pingsan, dan pendarahan internal.
(12) Biceps. Sebuah pemogokan untuk bisep yang paling menyakitkan dan membuat lengan tidak efektif. bisep adalah target yang sangat baik saat lawan memegang senjata.
(13) lengan secara otot. Saraf radial, yang menguasai sebagian dari gerakan di tangan, melewati tulang lengan tepat di bawah siku. Serangan ke membuat saraf radial tangan dan lengan tidak efektif. Sebuah lawan bisa dilucuti dengan mogok ke lengan bawah, jika mogok cukup kuat, dia bisa pingsan.

(14) Kembali tangan. Punggung tangan sensitif. Karena syaraf melewati tulang di tangan, aksi mogok untuk daerah ini sangat menyakitkan. Tulang kecil di bagian belakang tangan mudah patah dan seperti mogok juga dapat membuat tangan tidak efektif.
c. Bagian rendah. Bagian rendah tubuh mencakup segala sesuatu dari daerah pangkal paha ke kaki. Pemogokan ke daerah-daerah yang jarang fatal, tetapi mereka dapat melumpuhkan.
(1) Groin. Pukulan moderat untuk selangkangan dapat melumpuhkan lawan dan menyebabkan rasa sakit. Pukulan yang kuat dapat mengakibatkan ketidaksadaran dan shock.
(2) Di luar paha. Sebuah saraf besar lewat di dekat permukaan di bagian luar paha sekitar empat fingerwidths di atas lutut. Sebuah pemogokan yang kuat untuk wilayah ini dapat membuat seluruh kaki tidak efektif, menyebabkan lawan untuk menjatuhkan. Target ini sangat cocok untuk serangan lutut dan tulang kering tendangan.
(3) Di dalam paha. Sebuah saraf besar melewati tulang tentang di tengah paha bagian dalam. Pukulan ke wilayah ini juga melumpuhkan kaki dan dapat menyebabkan lawan untuk menjatuhkan. Pemogokan lutut dan tumit tendangan adalah senjata pilihan untuk target ini.
(4) hamstring. Serangan parah hamstring dapat menyebabkan kejang otot dan menghambat mobilitas. Jika hamstring yang dipotong, kaki tidak berguna.
(5) lutut. Karena lutut adalah struktur pendukung utama tubuh, kerusakan sendi ini terjadi sangat berbahaya bagi lawan. lutut ini mudah dislokasi ketika menyerang pada sudut yang berlawanan untuk rentang normal bersama tentang gerak, terutama bila berat peluru lawan. lutut bisa dislokasi atau hyperextended oleh tendangan dan pemogokan dengan seluruh tubuh.
(6) Calf. Pukulan kuat ke atas betis menyebabkan kejang otot yang menyakitkan dan juga menghambat mobilitas.
(7) Shin. Pukulan moderat untuk tulang kering menghasilkan rasa sakit besar, terutama pukulan dengan benda keras. Pukulan yang kuat mungkin dapat patah tulang yang mendukung sebagian besar berat badan.
(8) Achilles tendon. Sebuah pemogokan yang kuat untuk Achilles tendon di bagian belakang tumit bisa menyebabkan keseleo pergelangan kaki dan dislokasi kaki. Jika tendon yang robek, lawan yang tidak mampu. Achilles tendon adalah target yang baik untuk dipotong dengan pisau.
(9) pergelangan kaki. Pukulan untuk pergelangan kaki menyebabkan rasa sakit, jika pukulan kuat disampaikan, pergelangan kaki bisa keseleo atau patah.
(10) punggung kaki. Tulang kecil di atas kaki yang mudah pecah. strike Sebuah sini akan menghambat mobilitas lawan.
MANUAL BIDANG Nomor 21-150 HEADQUARTE DEPARTEMEN RS TENTARA YANG Washington, DC, 30 September 1992
readmore »»